Rabu, 21 Oktober 2015

Melemahnya Kualitas Infrastruktur Transportasi

Transportasi merupakan kebutuhan manusia yang sangat penting selain udara dan air, dengan adanya transportasi mempermudah manusia dalam melakukan aktivitas. Salah satu Infrastruktur transportasi yaitu jalan, infrastruktur jalan  terdiri dari beberapa lapisan-lapisan yang terbuat dari agregat dan aspal, lapisan-lapisan tersebut berfungsi untuk menahan beban yang ditimbulkan dari pergerakan yang terjadi diatasnya.

Perkembangan penduduk yang semakin meningkat menyebabkan banyaknya pergerakan yang ditimbulkan, hal ini berakibat pada mengikisnya lapisan infrastruktur jalan lama kelamaan infrastruktur jalan akan berlubang, retak, amblas, pengausan dan kegemukan. Selain factor penggunanya kerusakan disebabkan rendahnya kualitas campuran bahan yang digunakan.  

Keadaan infrastruktur jalan di Indonesia setiap tahunnya terdapat kerusakaan, dapat kita rasakan saat melintasi sepanjang jalan pantura pada saat  arus mudik ataupun arus balik lebaran,  sepanjang jalan terdapat lubang-lubang dan amblas sehingga mengakibatkan kemacetan dan kecelakaan.


Hal ini karena padatnya arus kendaraan yang membuat perkerasan jalan yang dibuat berlapis-lapis tidak dapat menompang beban yang ditimbulkan dari pergerakan kendaraan. setiap memasuki musim lebaran departemen pekerjaan umum setempat melakukan perbaikan pada sepanjang jalan pantura, tetapi perbaikan tidak akan bisa bertahan lama karena pembangunan dan pemeliharaan masih berorintasi proyek, dan banyaknya pembangunan jalan dimanfaatkan oknum-oknum tertentu sehingga kualitas dari infrastruktur jalan terabaikan, Sehingga jalan yang baru dibangun dengan hitungan tahun bahkan bulan pun mulai terlihat gejala-gejala kerusakan, maka perkerasan jalan yang kuat sangat dibutuhkan untuk menujang bersarnya kebutuhan pergerakan yang terjadi akibat pergerakan transportasi yang ada. 

Rekayasa Forensik Geoteknik


Rekayasa forensik geoteknik merupakan cabang  ilmu ketekniksipilan yang mempelajari tentang penyelidikan kerusakan-kerusakan yang terjadi pada suatu struktur tanah dalam menahan beban bangunan yang  berada diatasnya.

Dalam pengaplikasiannya rekayasa forensik geoteknik mengevaluasi masalah-masalah yang disebabkan oleh pemukiman, tanah ekspasif, gerakan lereng, intrusi air dan lain-lain, sehingga akan didapatkan penyebab kerusakan untuk selanjutnya diperoleh rekomendasi perbaikan yang tepat sesuai dengan kerusakan yang terjadi.
salah satu studi kasus rekayasa forensik geoteknik adalah tanah longsor, Tanah  longsor merupakan peristiwa alam yang terjadi pada lereng baik itu lereng alam ataupun lereng buatan manusia. Peristiwa ini sering terjadi pada musim hujan. 

Di indonesia dalam setahun banyak terjadi bencana longsor dibeberapa daerah salah satunya pada Kecamatan Seyegan merupakan suatu daerah di Kabupaten Sleman yang kondisi alamnya terdiri dari perbukitan kapur berlereng curam dan merupakan salah satu daerah yang rawan longsor di Provinsi Yogyakarta.


 foto ini diambil setelah lima hari  setelah terjadinya longsor
 terlihat kemiringan lereng lebih dari 45°

Faktor-faktor penyebab terjadinya longsor pada daerah Seyegan, Sleman, Yogyakarta meliputi : 

Tidak adanya drainase,   air tanah yang memotong lereng akan menimbulkan munculnya mata air pada daerah ini. Mata air ini diakibatkan oleh terakumulasinya air yang berinfiltrasi ke dalam lereng yang akan melunakkan tanah atau batuan pembentuk lereng. Pada lereng-lereng yang menunjukan gejala munculnya mata air rembesan di bagian kaki lereng setelah terjadi hujan, merupakan suatu indikasi bahwa lereng ini tidak stabil dan akan berpotensi longsor.
tidak adanya drainase untuk menampungkan air yang dalam lereng tersebut, berakibat tanah lereng akan mudah jenuh  bila terjadi hujan dengan intensitas tinggi terus menerus. Air yang ada didalam tanah dapat melunakkan dan menjenuhkan tanah galian, sehingga air akan masuk pada rekahan batuan yang akan mengurangi kestabilan lereng
terlihat mata air pada lereng terjadinya longsor

terlihat tidak ada drainase pada lereng

penangana yang belum efektif pada dalam menanggulangi terjadinya longsor pada lereng, seperti pemasangan batu-batu pada bagian atas lereng, pembuatan sengkedan atau terasering dapat dikatakan masih belum memadai dan belum tepat. Sehingga pencegahan terhadap bencana tanah longsor menjadi  kurang maksimal. 
 
Dari faktor-faktor penyebab terjadinya longsor dapat diberikan rekomendasi perbaikan dengan perlindungan dan perbaikan terhadap tempat-temoat hunian dengan cara memperbaiki drainase tanah, membuat bangunan penahan tanah berupa turap yang terbuat dari baja, dan yang terakhir memindahkan pemukiman penduduk dari lokasi longsor.


Apakah TPPIS itu??

Pembangunan dinegeri ini semakin berkembang, hampir disetiap sudut kota melakukan pembangunan dari pembangunan berskala kecil sampai berskala besar, disini peran seorang teknik sipil sangatlah penting untuk mendukung terbentuknya konstruksi bangunan yang kuat dan kokoh. Jika dilakukan pembangunan secara terus menerus lantas siapakah yang akan memelihara dan mengelola bangunan-bangunan yang  menjulang tinggi itu ? Maka terbentuklah sebuah program studi D-IV TPPIS.


TPPIS atau Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil merupakan salah satu program studi  D-IV yang dibentuk oleh Sekolah Vokasi  Universitas Gadjah Mada (UGM) pada tahun 2013, program studi D-IV TPPIS ini diperuntukkan untuk lulusan pendidikan menengah umum atau kejuruan atau sederajat, TPPIS ini bergelar Sarjana Sains Terapan (S.S.T) dengan pendidikan kurun waktu empat tahun.


Tujuan dari terbentuknya program studi D-IV Teknik Pengelolaan dan Pemeliharaan Infrastruktur Sipil ini adalah untuk  memberikan seorang lulusan teknik sipil yang unggul dan professional, yang mampu melakukan perencanaan, konstruksi, manajemen serta operasi dan pemeliharaan konstruksi.


Program studi D-IV TPPIS sudah berjalan selama tiga tahun dengan memiliki tiga angkatan yaitu angkatan pertama pada tahun 2013, angkatan kedua 2014 dan angkatan 2015 yang baru memulai perkuliahan perdana. Pada semester awal sampai semester empat mata kuliah yang diberikan di program studi TPPIS sama halnya dengan program studi D3 Teknik Sipil, namun dalam pelaksanaannya materi yang diberikan memiliki bobot yang lebih berat karena materi pada program studi TPPIS merupakan  ringkasan dari gabungan dua semester pada  program studi D3 Teknik Sipil. Memasuki semester lima mulai terlihat perbedaan antara dua program studi ini, pada semester lima sudah mulai mencangkup tentang  manajemen konstruksi, penilaian kondisi infrastruktur jalan sampai penilaian kondisi bangunan gedung. Materi-materi tersebut merupakan awal dari konsentrasi pada program studi TPPIS. Dengan adanya program studi TPPIS akan terpenuhinya peluang kebutuhan Indonesia terhadap Sarjana Sains Terapan dalam bidang rekayasa dan tata kelola infrastruktur sipil pada lembaga pemerintahan sektor pekerjaan umum, perhubungan dan sebagainya, serta pada bidang usaha yang menghasilkan barang atau jasa pada badan-badan usaha milik negara/swasta.


Lulusan dari D-IV TPPIS akan memiliki peluang kerja sebagai Site engineer, Site supervisor, Manajer asset, Manajer logistik, Manajer dibidang jasa konstruksi dan Ahli tata kelola pemeliharaan infrastruktur.


 sumber : Buku paduan akademik edisi pertama 2014